Sabtu, 21 Maret 2009

Budidaya Rumput Laut di Tambak

BAB I
PENDAHULUAN

Akhir-akhir ini masalah mengenai marinculture mendapat perhatian lebih luas dan mendalam dibanyak Negara. Disamping bertambah padatnya penduduk dunia dan mulai sempitnya tanah untuk diusahakan dibidang pertanian dan industri, juga tanda-tanda dari overfishing telah terlihat dibeberapa perairan umum di dunia.
Perairan Indonesia yang terletak di daerah tropis juga kaya akan dengan aneka jenis komoditi laut. Budidaya laut adalah suatu usaha untuk memanfaatkan perairan pantai semaksimal mungkin dengan cara memelihra dari komoditi laut tersebut yang bernilai ekonomis tinggi, baik sebagai sumber protein ataupun komoditi ekspor. Namun selama ini usaha yang dilakukan kebanyakan terbatas hanya dengan cara penangkapan ataupun pengumpulan dari alam saja. Sehingga lama kelamaan dapat mengalami penurunan populasi dan dikhawatirkan akan punah. Agar dapat dimanfaatkan secara intensif dan berkesinambungan, maka perlu dikembangkan usaha budidayanya.
Salah satu sumber hasil laut yang dapat kita pelihara/budidaya, adalah beberapa jenis rumput laut. Rumput laut selain merupakan bahan makanan penting, mis.nori (Porphyra spp.), Wakame ( Undaria spp.) yang sangat popular untuk bangsa Jepang, juga terdapat jenis-jenis sebagai bahan agar-agar ( Gelidium spp., Glacilaria spp.) bahan algin ( Euchema spp.,).
Rumput laut mempunyai penyebaran yang sangat luas di perairan Indonesia dan hampir di semua perairan di tumbuhi rumput laut. Tetapi biasanya yang dikenal adalah yang bernilai ekonomis, misalkan jenis Eucheuma, Gracilaria, Gelidium dan Hypnea.





BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


Gracilaria
Jenis rumput laut yang merupakan pakan terbaik abalone yaitu Gracilaria dan Laurencia termasuk dalam devisi ini, Gracilaria termasu dalam ordo Girgatinales dan famili Gracilariceae.
Divisi rumput laut merah ini dicirikan dengan tidak adanya fase berflagela (berbulu cambuk), adanya pigmen fotosintesis yang disebut Phycobillin (yang terdiri dari phycoerythrin dan phycocyanin), adanya lamella fotosintesis dalam Chloropast yang tidak terkumpul (disebut thylakoid), mempunyai tepung floridea (kanji) sebagai cadangan makanan (Blod and Wynne, 1985).
Devisi ini juga dicirikan dengan adanya reproduksi seksual oogamus yang terdiri dari sel betina yang disebut carpogonia dan gamet jantan yang disebut spermatia. Namun ada beberapa jenis yang tidak bereproduksi secara seksual.
Aslan (1991) menambahkan bahwa alat pelekat (holdfish)pada rumput laut merah terdiri dari sel tunggal atau jamak pertumbuhannya bersifat uniaksial (satu sel) dan multiaksial (banyak sel) di ujung thallus, bersifat adaptasi kromatik, yaitu memoliki penyesuaian antara proposi pigmen dengan beberapa kualitas pencahayaan dan dapat menimbulkan berbagai warna pada thalli sehingga menjadi berwarna merah tua, merah muda, pirang, coklat, kuning dan hijau. Dalam dinding selnya terdapat selulosa, agar, carrageenan, porpiran dan furselaran.
Familli Gracilariceae dicirikan dengan carposporophyte berkembang kearah luar thallus, tetrasporagia terbagi secara crucaitedan kontruksi pseudoparanchymatous dimana sel medulanya berbentuk isodiametric dan tidak berfilamen.
Gracilaria, yang berasal dari kata latin Gracilis yang berarti langsing, merupakan agarophyta (rumput laut yang menghasilkan agar) yang paling berharga komersial dan terdapat 100 jenis yang tersebar dilaut temperate dan tropis. Di Indonesia, Gracilaria sering disebut rumput laut merah, bulung sangu (Bali) atau rambu kasang (Jawa Barat).
Rumput laut ini mempunyai thalus yang kaku, berwarna ungu kehijauan (Glacilaria arcuata), coklat kehijuan atau coklat tua (Glacilaria edualis),coklat kehijauan sampai ungu (Glacilaria eucheumoides), coklat tua sampai ungu atau hijau zaitun (Glacilaria heteroclada) dan coklat kemerahan sampai ungu (Glacilaria manilaensis). Thalus berukuran 8-60 cm. Hidup di daerah subtidal yang dangkal, melekat pada batu karang hidup atau mati, cangkang kerang, batu-batuan lainnya.
Rumput laut ini bisa ditemukan hidup di teluk atau laguna yang keruh, dangkal yang dekat dengan aliran air tawar yang mengandung banyak nutrient. Biasanya melekat di batu pasir, lumpur dan sebagainya. Pertumbuhan Glacilaria diketahui lebih baik di tempat yang dangkal dimana memiliki intensitas cahaya yang tinggi daripada di tempat yang dalam. Suhu yang oftimum untuk pertumbuhan adalah 20-280C, dan mampu hidup pada kisaran salinitas tinggi, bahkan dapat hidup pada 500/00.
Thalii Glacilaria biasanya berbentuk silindris sampai pipih dengan tekstur seperti tulang rawan, percabangan banyak, ada yang sederhana tetapi adapula yang rumit dan rimbun. Setelah percabangan biasanya thalii menjadi lebih kecil. Glacilaria mempunyai pertumbuhan uniaxial, dengan sel tunggal yang tumbuh ditiap ujung tali. Kumpulan cabang dichotomous Glacilaria verrucosa mempunyai panjang hampir 30-40 cm. Thalii dapat berwarna hijau kecoklatan, merah, pirang merah kecoklatan merah tua, merah muda dan sebagainya.
Siklus hidup Glacilaria bergantian fase isomorphic dengan gametophyte dioecious. Spermatia dihasilkan di permukaan dari dasar atau dari permukaan dasar conceptacles, dimana hal ini digunakan untuk membedakan tiga sub genus Glacilaria (Bold and Wynne, 1985). Perbedaan bentuk, struktur dan asal usul pembentukan organ reproduksi sangat penting dalam membedakan jenis Glacilaria.

A. Persyaratan lokasi
Pemlihan Lokasi
Untuk memulai usaha budidaya rumput laut ada beberapa factor yang menjadi pertimbangan diantaranya adalah :
Ø Lokasi harus terlindung dari ombak laut yang besar agar rumput laut tidak rusak.
Ø Kedalaman air pada pasang surut yang terendah berkisar antara 30-60 cm
Ø Dasar perairan terdiri dari pecahan karang mati dan berpasir
Ø Air jernih (tidak keruh) agar proses assimilasi berlangsung dengan baik, dan terhindar dari pencemaran limbah industri maupun buangan oli kapal, dan jauh dari sumber air tawar
Ø Salinitas air laut berkisar antara 30-40‰
Ø Suhu air laut antara 28-32 0 C antara 6,5-8
Ø kandungan oksigen terlarut berkisar antara 3-8 ppm.
Pemilihan bibit
Pada dasarnya pemilihan bibit ini bertujuan agar pertumbuhan rumput laut menjadi baik, maka harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
Ø Bibit berupa stek pilihan dari tanaman yang segar dapat diambiil dari tanaman yang tumbuh secara alami, ataupun dari tanaman hasil budidaya.
Ø Bibit yang akan ditanam bercabang banyak, utuh, tanpa luka, harus baru dan masih muda.
Ø Pengangkutan bibit harus dilakukan dengan hati-hati dan cermat, bibit harus tetap basah attaupun terendam air laut.
Ø Sebelum dilakukan penanaman, bibit dikumpulkan pada tempat-tempat tertentu, misalnya keranjang atau jaring dan diusahakan bibit tidak terkena minyak, kehujanan dan tidak kekeringan.




B. Teknik Pemeliharaan
Metode pemeliharaan setiap rumput laut berbeda satu sama lainnya. Namun secara umum dikenal tiga metode pemeliharaan rumput laut berdasarkan letak bibit terhadap dasar perairan, yaitu :

1. Metode Dasar ( bottom methode )
Metode dasar adalah cara pemeliharaan dimana bibit ditebarkan di dasar perairan yang datar. Penanaman dengan metode ini dilakukan 2 macam :
Ø Bibit (thalus) dipotong dengan ukuran sekitar 20-25 cm dengan berat 75-100 gram, kemudian disebarkan pada dasar perairan.Cara ini dilakukan pada perairan yang relative diam.
Ø Bibit (thalus) setelah dipotong diikat pada batu karang atau balok semen, kemudian diatur berbaris dengan jarak 20-25 cm di dasar perairan. Cara ini dilakukan pada perairan yang ada ombaknya.












Gambar : Rumput laut dasar

2. Metode Lepas Dasar ( off bottom method )
Metode ini dapat dilakukan pada dasar perairan yang terdiri dari pasir, sehingga mudah untuk menancapkan patok / pancang. Bibit ( thalus ) diikatkan pada tali atau jaring yang direntang diatas dasar perairan dengan pancang kayu atau.
Bahan-bahan yang digunakan dalam metode ini diantaranya :
· Potongan bambu attau kayu dengan ukuran 1-1,5 m dengan salah satu ujungnya runcing digunakan sebagai pancang.
· Tali plastic atau tali dari bahan monofilament, tali nilon no. 2000, sebagai tempat mengikat bibit.
· Tali raffia untuk mengikat bibit
· Apabila menggunakan jaring direntangan dengan patok, maka ukuran jaring 2,5 x 4 m2 dengan lebar mata jaring 25-30 cm.
Jarak tali atau jaring dengan dasar perairan kira-kira 25 cm. jarak bibit dengn bibit lainnya kira-kira 25 cm. bibit yang akan ditanam berukuran antara 100-150 gram, dalam satu petak direntangkan 10 monolisme (Tali plastik). Satu monoline terdapat 10 ikat, sehingga dalam satu petak
Terdapat 200 ikat atau kurang lebih 20 kg bibt.

Metode Apung (Floating method)
Metoda terapung dilakukan dengan cara membuat rakit dari bamboo dan kayu yang ukurannya 2-4 meter. Metode ini memiliki dua modifikasi yaitu monoline dan net seperti yang dilakukan dengan metode dasar. Metode ini baik diterapkan di tempat yang pergerakan airnya berupa ombak atau lokasi yang dasar perairannya berupa karang yang keras ( sulit untuk menancapkan pancang ).
Agar rakit tidak tidak hanyut sebaiknya dipasang jangkar. Untuk efisensi pemakaian area. Menyatukan rakit dalam jumlah banyak akan berpengaruh jelek terhadap pertumbuhan rumput laut. Jumlah rumput laut yang disatukan sebaiknya 10 rakit dengan ukuran 2 x 5 m2.

C. Budidaya Rumput Laut di Tambak.
Selain dilaut rumput laut dapat dibudidayakan di tambak. Budidaya rumput laut di tambak lebih menguntungkan karena tanaman terhindar dari pengaruh ombak, arus laut yang kuat, dan binatang predator. Selain itu, proses pemupukan dan pengontrolan kualitas air lebih mudah dilakukan. Jenis rumput laut yang sering dibudidayakan di tambak adalah Glacilaria sp. Pembudidayaan Glacilaria sp. Di tambak masih bisa ditumpangsarikan atau polikultur dengan udang atau banding. Dengan catatan, budidaya udang dan bandeng bukan merupakan usaha utama dan harus menggunakan perbandingan tertentu. Perbandingan antara rumput laut,bandeng dan udang windu biasanya 1 ton : 1.500 ekor : 5.000 ekor.
Budidaya rumput laut secara polikultur ini sangat menguntungkan karena selain memperoleh pendapatan tamabahan dari penjualan bandeng dan udang, bandeng jugan bisa mengurangi lumut (klekap) yang menempel pada rumput laut. Lumut (klekap) merupakan pakan alami untuk bandeng. Bandeng glondongan (bibit bandeng yang agak besar) ditebar pada hari ketujuh sampai kesepuluh setelah penanaman rumput laut dengan padat penebaran 1.500 ekor. Seminggu kemudian, udang tokolan (bibit udang yang agak besar) ditebar dengan padat penebaran 5.000 ekor.

0 komentar: